Orang Ketiga [Cuap-cuap Random Seorang Istri IRT]
Assalamu'alaikum, hai! Pasutri baru di sini!
Sedang merenungi beberapa berita viral akhir-akhir ini. Dan akhirnya memutuskan menumpahkannya di sini. Dengan POV, em.. sebenarnya lebih cuap-cuap random saya sebagai seorang istri, dengan kerjaan sehari-hari full di dalam rumah sebagai Ibu Rumah Tangga (banting stir sejak menikah, dulunya gadis paling sok sibuk), dan punya suami mandiri sejak muda (ceilah) yang jarang ada di rumah alias diberikan amanah oleh Allah dengan mencari nafkah di ibu kota jadi pulangnya weekend saja. Tapi bisa tiba-tiba pulang pas dia dapat hidayah, ahahaha. Eh.. Kalau dia khawatir juga akan gercep tancap gass pulang, Allahu yubaaarik fiih. Maa Syaa Allah.
Fuuuh... Tarik dan buang napas dulu.
Hari ini sudah berapa jam sekrol layar gadget? Sudah berapa berita tentang perselingkuhan ataupun perceraian karena orang ketiga tersuguhkan di depan mata? Marak sekali kan ya isu perselingkuhan hingga perceraian yang mencuat ke publik dua tahun belakangan ini? Baru juga terkuak ke publik isu perselingkuhan A, misteri dan bibit-bibit perselingkuhan B hingga Z sudah mengantri untuk disuguhkan menjadi berita viral di media sosial.
Orang ketiga. Suatu dinamika rumah tangga yang bukan merupakan hal baru sebenarnya. Hanya saja, dampak dari media sosial yang sekarang begitu lekat dengan kehidupan sehari-hari dan sangat mudah diakses, menjadikan segala informasi tersebar begitu cepatnya. Apalagi dengan adanya susunan algoritma internet yang membuat apa yang kita lihat, kita klik, atau bahkan yang kita bicarakan, direkam oleh "si-pintar" lalu menjadi tayangan yang akan kerap disajikan di layar gadget di tangan kita.
Tanpa suguhan di media sosial pun, permasalahan seperti ini dapat dijumpai di lingkungan sekitar. Mungkin pada pasangan di kampung RT sebelah, pada kerabat jauh, atau mungkin saudara dekat sendiri. Na'udzubillah tsumma na'udzubillah.
Konteks orang ketiga di sini, tentu maksud saya adalah hubungan ilegal alias perselingkuhan. Entah itu hanya melibatkan perasaan, ataupun hingga ke fisik.
Bukan hanya di zaman sekarang, dari zaman yang mungkin bahkan tidak tercatat dalam manuskrip tua, permasalahan orang ketiga sudahlah ada. Saya tidak punya datanya tentu saja. Tapi bukankah dengan adanya ikatan antara manusia, maka akan muncul perasaan-perasaan dan emosi yang bersangkutan dengannya? Sama seperti cerita permusuhan kepada sesama saudara paling pertama yang ada dunia, Qabil dan Habil.
Sebentar, saya cek saja di internet.
Ringkasan Google AI:
Selingkuh telah dikenal oleh manusia sejak konsep hubungan eksklusif atau ikatan pasangan muncul, yang bahkan mungkin mendahului sejarah tertulis. Meskipun istilah "selingkuh" dalam konteks perselingkuhan baru populer pada abad ke-20, tindakan ketidaksetiaan sudah ada jauh sebelumnya.
Saya pilih mengetik kata kunci "Kapan selingkuh pertama kali dikenal manusia?". bukan orang ketiga, karena toh wacananya sama. Nah, tertera jelas ya, ketidaksetiaan itu sudah ada sejak ada istilah hubungan spesial antara pasangan.
Ketidaksetiaan. Sekarang, saya adalah istri yang sama sekali tidak punya kekhawatiran tentang itu. Tapi bukankah semua berita yang ada itu juga dulunya begitu? Tidak khawatir akan ada orang ketiga, sedang mesra-mesranya dimabuk cinta. Berjanji sehidup semati. Lalu datanglah ombak kecil hingga besar yang menghempas semuanya.
Tentu saja.
Tapi sekali lagi, sekarang saya harus katakan saya sama sekali tidak khawatir tentang itu.
Buat apa mengkhawatirkan sesuatu yang sama sekali tidak kita ketahui kejelasannya? Yang samar-samar. Yang bahkan tidak tercium asapnya?
Apakah tidak ada rasa was-was?
Ah, bicara was-was mah sudah masuk ke ranah abu-abu yang bisa mengikis keimanan secara perlahan akibat memikirkan hal-hal negatif. Ya nggak? Tidak cukupkah Allah sebagai pengawas? Tidak cukupkah Allah sebagai tempat memohon perlindungan dan pertolongan?
Masih segar di ingatan saya ketika bahkan dalam hitungan sehari sebelum akad, sudah diwanti-wanti perihal orang ketiga dari orang sekitar. Ketika belum juga 2 bulan menjalani kehidupan rumah tangga, diwanti-wanti lagi oleh seorang kerabat. Lalu selanjutnya cukup sering menghadapi candaan teman duduk perihal ini. Dan seterusnya. Kesemuanya itu membuat saya tertawa kecil dalam hati sambil bertanya-tanya dalam kepala sendiri. Kenapa harus kita yang was-was sih? Atau kenapa harus kita sebagai istri yang disuruh cerewet dan mengawasi gerak-gerik suami? Kenapa bukan para suami itu disadarkan tentang tanggung jawab dan amanah berskala luar biasa besar yang mereka pikul?? Sungguh di luar pikir saya!
Seburuk apa laki-laki dalam pikiran orang-orang ini sehingga bercandaannya selalu perihal orang ketiga? Tapi saya hanya selalu diam, senyam-senyum dan menanggapi sekedarnya saja, sambil membatin na'udzubillah, na'udzubillah.
Hingga akhirnya di suatu ketika pada candaan yang serupa, seorang diantara kami menanggapi dengan kalimat yang membuat gelak tawa perlahan sayup dan saya menahan tawa dalam hati. Begini kalimatnya menggunakan campuran logat timur NTT "Eh, kalian ni (para perempuan yang sedari tadi mewanti-wanti saya soal orang ketiga), kalian kenapa baru omong begini terus e? Saya penasaran, ada apa dengan kalian punya suami baru sampe kalian model begini ni? ini terus yang jadi bahan omongan? Bah!"
Terasa seperti tamparan bagi saya pribadi. Sebagai seorang istri, buat apa hal-hal yang tidak kita inginkan itu malah dijadikan bahan bercadaan. Betul bukan?
Lagian, memangnya hanya laki-laki yang punya potensi main belakang? Perempuan sebagai makhluk lemah dan tempat khilaf juga punya potensi untuk berkhianat kepada suaminya. Meski tidak banyak, bukan tidak ada kan kasus-kasus perselingkuhan yang ternyata penyebabnya adalah pengkhianatan istri? Na'udzubillah..
Apa gunanya janji suci pada akad yang telah diucapkan? Lupakah pada momen yang disaksikan para malaikat itu? Mau-maunya membuka celah dan terlibat dalam hal yang paling dibenci oleh siapapun dimuka bumi ini; Pengkhianatan.
Serius amat sih, Mu! Kan bercandaan di tongkrongan doang.
Eummm, sepertinya ada baiknya menjauhi candaan yang berpotensi tidak baik.
Mari kita pikirkan lagi. Kira-kira kenapa orang-orang bisa terlibat dengan orang ketiga? Tentu saja, bisikan syaithan. Entah syaithan manusia juga jin. Dan semua itu karena hawa nafsu. Tidak pandai memelihara diri dari dosa zina mata dan hati. Serta mengecilkan amanah yang telah dipikulnya. Padahal, jika memang pemerciknya adalah rasa bosan dengan rumah tangga yang sekarang, bukankah itu juga rumah tangga yang dulunya begitu indah di awal pernikahan?
Pemercik lainnya bisa berupa sekedar iseng-iseng chat tidak penting, lalu akhirnya terperosok jauh.
Baik laki-laki ataupun perempuan, suami ataupun istri, semua punya potensi diganggu dan mengganggu, digoda dan tergoda. Itulah kenapa masing-masing orang perlu punya cara untuk membentengi diri mereka. Ada yang melakukan perjanjian suami istri untuk tidak chat lawan jenis. Ada yang memberlakukan harus saling izin ketika akan chat dengan lawan jenis meskipun itu urusan bisnis/kerjaan. Ada juga yang tidak menyimpan kontak lawan jenis ajnabi mereka.
Benteng saya sendiri? Macam-macam tergantung sikon. Tapi yang utama adalah tahu diri dalam kapasitas saya dan berusaha tidak terhubung kontak dengan "masa lalu" or whatever it's called. Tak ada diskusi antara saya dan suami. Saya saja yang memilih dan memutuskan melakukan itu bahkan sebelum menikah. Tidak usah berpikir macam-macam tentang mantan. Saya tidak pernah pacaran sebelum menikah. So, you know what I mean, kan? hehe.
Dan juga untuk muda-mudi yang masih singel, plislah jangan mau juga jadi orang yang merusak rumah tangga orang lain. Kalau ketemu dengan lawan jenis sudah berumah tangga yang terlampau jauh dalam ramah-tamah, berakrab ria dan bersenda gurau, pasang tameng diri! dan berdo'a semoga Allah jauhkan dari pasangan yang seperti itu. Jangan mau terlibat terlalu jauh dalam hubungan spesial, karna kalau pasangannya yang sekarang saja dipermainkan, harusnya ini cukup jadi alarm pengingat bahwa tidak ada jaminan kamu tidak akan dipermainkan olehnya. So, batasi diri.
Saya dulu pas masih singel mau kirim emoji ke suami orang dalam obrolan pribadi saja mikirnya dobel-dobel. Dan saya bersyukur sekali perkara hal terkesan remeh yang saya pertimbangkan itu. Karena dikemudian hari saya baru tau dari curhatan si istri tersebut, ternyata sekedar emoji saja bisa bikin si pasangan tersinggung.
Tidak ada yang sempurna. Kita manusia serba terbatas. Terbatas oleh waktu, usia, jarak, semuanya.
Jadi, yang perlu kita lakukan adalah banyak-banyak menyiapkan benteng diri. Secara Ruhiyah dan Jasadiyah. Lakukan tugas dan peran, sisanya biar Allah yang atur.
Kunci dalam segala hal adalah komunikasi yang baik. Maka komunikasikanlah. Entah melalui lisan, tulisan, isyarat ataupun bahasa cintamu sendiri. Bicarakan segala sesuatu dengan pasangan. Tapi tidak dipungkiri, kadang diam juga jadi senjata yang diperlukan dalam beberapa situasi. Tetap kendalikan emosi, ego serta hawa nafsu. Ingat, orang yang paling baik adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Itu bukan kata saya, itu bersumber dari hadits:
‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha meriwayatkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِي
Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik bagi keluarganya. Dan aku adalah yang terbaik di antara kalian terhadap keluargaku.” (HR Ibnu Majah)
Semoga Allah subhanahu wata'ala senantiasa menjaga dan melindungi kita semua dari keburukan-keburukan yang terjadi di muka bumi ini.
Wallahu A'lam.
Tarikolot, 11 Oktober 2025
Referensi:
Mahkota Pengantin karangan Majdi bin Manshur bin Sayyid asy-Syuri, hal.169 bab Etika Berumah Tangga. Diterjemahkan. Penerbit: Pustaka at-Tazkia.
https://almanhaj.or.id/3721-rumah-membongkar-rahasia-lelaki.html


Mantaps. Terimakasih.
ReplyDeleteTerimakasih apa nih?🤔
DeleteYess. Semua punya potensi peluang sama besar untuk berselingkuh. Jadi kalo ada yg nambahin kalimat 'biasaa, laki-lakii, ngga kaget'... Jngan pliss. Ini sama aja kek 1 langkah menormalisasikan lelaki berselingkuh. SELINGKUH ITU NGGA NORMAL.
ReplyDeleteNah, Ini dia... bener banget.
DeleteStop normalize candaan, tanggapan atau obrolan-obrolan yang seolah mengarah pada narasi "biasalah.. laki-laki"