Apa tujuanmu?
01 Agustus 2018.
Siang itu ketika menunggu jadwal keberangkatan di ruang tunggu Bandara El Tari Kupang untuk kembali ke Bandung, saya bertemu seorang bapak yang katanya akan terbang ke Larantuka. Kami mengobrol tentang banyak hal. Mulai dari sedikit basa-basi perkenalan diri, membicarakan kejadian-kejadian didepan mata kami, lalu melebar ke hal-hal tentang Nusa Tenggara Timur; wisatanya, sekilas ekonomi serta SDMnya, juga keberagaman suku, budaya dan agamanya.
Obrolan kami mungkin tidak akan berlanjut. Tapi tiba-tiba beliau berkata. "Sebenarnya saya ke Larantuka, tujuannya ke sebuah desa. Desa (A). Pernah dengar?" Saya lupa apa nama desa yang disebutnya saking asingnya ditelinga saya. "Wah, maaf pak. Ini pertama kalinya saya dengar nama desa itu." Jawab saya setelah beberapa detik memutar otak memberi sinyal-sinyal pada memori saya. "Oh gitu ya. Saya ingin tau saja disana itu seperti apa gitu. Penasaran." Saya sebenarnya sudah ingin bertanya apa tujuan beliau pergi kesana, karena dilihat-lihat sepertinya beliau bukan seorang wisatawan. Mungkin beliau membaca air muka saya "Saya mau berdakwah kesana" Ucapnya "Oh. Wah. MaasyaaAllaah" saya tersenyum.
Penampilan beliau tidak terlihat seperti seorang ustdaz. Hem... meskipun banyak teman saya yang pernah dikirim dengan tugas sebagai da'i pun tidak selalu berpenampilan seperti ustadz. Ah, saya jadi melakukan judge pada kelompok tertentu. Maksud saya adalah... Well, mungkin tidak pada semua orang tapi kita biasanya melihat seseorang dari penampilannya. Jadi, meskipun bicaranya yang berwibawa, ini cukup mengejutkan untuk saya. Ditambah obrolan-obrolan kami sebelumnya yang cukup tidak menyentuh ranah dakwah, meskipun sebenarnya berhubungan.
"Maaf pak, apa bapak akan menetap disana?" Tanya saya. "Mungkin, mungkin saya akan menetap untuk beberapa saat. Yah... Masih melihat untuk kedepannya sih. Semoga diberi jalan yang terbaik sama Allah" Aku mengangguk-angguk. Beliau mengeluarkan tiket pesawatnya, kemudian sedikit menceritakan, yang saya tangkap sebagai gambaran besat tujuannya kesana. "Yah... Pokoknya kita hidup ini kan dengan tujuan menjalankan tugas sebagai khalifah. Itu tujuan kita."
Saya jadi meraba-raba, tugas dakwah beliau ini dalam misi yang seperti apa yang beliau bawa ya? Apakah beliau beliau bergerak sendiri secara pribadi atau dibawah naungan sebuah lembaga? Saya terlalu sungkan untuk bertanya karena sedari tadi obrolan kami sudah sedikit menyinggung hal-hal sensitif.
Ada satu hal yang membuat obrolan kami ini begitu membekas. Kebetulan di siang itu, bandara sedang padat-padatnya. Saya yang biasa mengambil penerbangan pagi dari Kupang, baru kali ini menyaksikan betapa padatnya aktivitas dan manusia di bandara sekecil El Tari ini. Di jeda setelah obrolan kami tentang tujuan hidup manusia di muka bumi, beliau mengalihkan perhatian saya pada sekitar kami.
"Mbak coba lihat sekeliling."
"Iya pak, padat" Saya menjawab setelah mengitarkan pandangan pada kursi-kursi dan toko-toko makanan di belakang kami.
"Mbak lihat bule-bule itu?"
"Oh.. iya pak." Saya kembali melirik sebentar ke arah segerombolan bule laki-laki dan perempuan yang berkaos oblong karena tidak kebagian kursi di ruang tunggu, mereka berdiri bersandar pada dinding, juga duduk jongkok, ada juga yang berselonjoran di dekat meja customer service yang saat itu tak ada petugas.
"Bayangkan ya mbak... mereka itu rela jalan jauh-jauh dari negara mereka, melancong sana-sini. Tapi tujuan mereka hanya dunia. Agak kasihan sebenarnya. Mereka mengumpulkan uang, lalu menghabiskan untuk bersenang-senang. Sedangkan kita, kalau islamnya bener dan tau tujuan hidup kita sebagai khalifah tadi, melancong yang seperti mereka itu mungkin bisa jadi peluang yang sangat bagus kan?"
"Hehe, iya pak" Saya menjawab dengan sedikit cengengesan karena merasa tidak nyaman seolah sedang menghakimi para bule itu.
Obrolan kami masih berlanjut cukup lama. Pengumuman keberangkatan pesawat beliau-lah yang menghentikannya. Saya cukup bernapas lega karena seperti yang tadi saya bilang, obrolan kami agak menyerempet ke hal-hal sensitif, sedang saya merasa tidak punya kapasitas yang cukup untuk menanggapi beliau jadi kebanyakan hanya menjawab seadanya saja.
Lalu, pelajaran apa yang saya ambil? Pelajarannya... Sepertinya sudah cukup saya siratkan dalam tulisan random ini.
![]() |
Gambar oleh pixabay |
0 Response to "Apa tujuanmu?"
Silahkan tinggalkan komentar di sini. - Please, leave a comment here.