Mengoreksi atau mendiamkan - What should I do?

Hei, an over-thinker yang suka bikin postingan random thought side ku yang menulis kali ini.
Jadi aku sedang memikirkan apa yang harus ku lakukan ketika aku berada dalam kondisi dimana:
Kadang pengen banget ngoreksi status WhatsApp atau Facebook daftar kontak dan teman-temanku yang menggunakan Bahasa Inggris tapi penulisan katanya salah, yang mana aku yakin (dan tau sih) bahwa kesalahan penulisan itu terjadi bukan karena kesengajaan tapi karena emang gak tau. Hanya penulisan vocab loh ya bukan grammar. 

Cuma, sekali lagi, I am that over-thinker who always think that the thing that I want to do; the corrections, will ruin their mood. I mean, aku gak pengen ngerusak mood seseorang. Apalagi kalo status yang mereka bikin itu seharusnya jadi hal yang exciting, yang mungkin mereka expect orang agar bakal tanggapi dengan gurauan menyenangkan. 
Bukan apa-apa, pemikiran ini berasal dari pengalamanku. Aku pernah ngoreksi status beberapa orang di WA , entah penulisan, ataupun unggahan video mereka dengan maksud agar kesalahan itu tidak terjadi lagi di kemudian hari. Lalu bisa tebak apa yang terjadi? Mereka langsung menghapus status itu tanpa upload ulang dengan menyertakan apa yang yang sudah aku koreksi. Itu kan merusak mood orang kan. Padahal statusnya exciting banget loh. Nanyain kabar dan ajakin diskusi online karena sedang masa liburan. 
Ada juga sih yang mengunggah lagi apa yang sudah aku perbaiki.
Setelah kupikir-pikir, apa nanti kalau statusnya udah ilang baru aku iseng-iseng ingatin untuk diperbaiki ya? Tapi ya kan ku juga manusia biasa yang sering lupa untuk melakukan sesuatu nanti. Lagian jadinya kayak aku seorang stalker, penguntit atau apalah yang ingat terus ama kesalahan orang  di postingan yang sudah hilang setelah 24 jam. LOL.
Untuk sekarang ini, kubiarkan saja, kudiamkan saja kesalahan-kesalahn kecil yang terus berseliweran di beranda facebook dan story WhatsApp saya. Karena saya dominankan perasaan senang saya ketika ada seseorang yang percaya diri menggunakan sebuah bahasa, sebagai sebuah poin yang sangat patut diapresiasi.
Tapi kamu tau tidak perasaan "gatal ingin memberi tau" yang kurasakan? Lagian apa manfaatnya ilmu yang kupunya kalau bukan untuk diamalkan dan diajarkan pada yang lain kan?