Bukit Paralayang & Akses Transportasi: Cerita Unik Januari 2017.

Hello, Angkoters :)
Bepergian ke suatu tempat memang harus dilakukan dengan beberapa persiapan. Diantara lain penyediaan transportasi.
Tulisan kali ini, saya ingin membagi cerita yang saya alami ketika berwisata ke Bukit Kayu Paralayang. Memangnya kenapa dengan transportasi kesana?
Well, kejadian ini saya alami karena baru pertama kali kesana tanpa berbekal informasi tentang akses transportasinya dan menurut saya ini kejadian yang cukup unik.



Pagi yang cerah itu karena ingin sekali bepergian kami ‘cuss’ tanpa banyak persiapan. 7 Menit memesan transportasi mobil online dari Sengkaling-Dau-Malang tak juga membuahkan hasil, kami akhirnya memulai perjalanan dengan menggunakan angkot hingga 20 menit kemudian tiba di Terminal kota Batu.

Mulailah petualangan kami ke Museum Angkut. Dengan berbekal gadget di tangan, kami pun memesan lagi layanan transportasi mobil online. 

Loc: Museum Angkut

Seusai mengunjungi museum Angkut, kami kembali melanjutkan perjalanan ke Omah Kayu Paralayang dengan memesan lagi transportasi mobil online. Saat itu harganya 27.000. Terbawa euphoria “wah murah” dan bahwa kami akan segera menikmati pemandangan luar biasa di Omah Kayu, kami tidak berpikir panjang tentang lokainya yang jauh dari keramaian jangkauan jasa transportasi umum. 15 menit perjalanan, kami tiba di lembah Bukit Paralayang. Dengan alasan, jalan yang susah ditempuh oleh mobil karena rusak, kami diturunkan disana ------





Ternyata, untuk menuju ke loket utama Wisata Paralayang, kami harus mendaki selama 10 menit lagi. Hehe. It’s OK karena pemandangannya disekitarnya adalah vitamin bagi mata, hati dan pikiran. Uhuy








Selebihnya tentang Bukit Paralayang, bisa dibaca disini ya------- Bukit Paralayang Batu-Malang

Nah, setelah 2 jam menikmati kesenian dari Pencipta yang luar biasa disana, tibalah saat akan pulang. Saat itu waktu menunjukkan pukul 14:43, kami kembali memesan transportasi mobil online. 20 menit menunggu sambil berulang kali memesan, tidak ada yang mengambil pesanan kami. (Jelas saja, padahal dari layar aplikasi bisa dilihat dengan jelas bahwa tidak ada mobil ataupun motor dari jasa transportasi online tersebut yang jarak tempuhnya kurang dari ………. Km. Maklum, masih gaptek aplikasi tersebut saat itu. :’))

Memesan transportasi mobil online

Setelah menunggu selama lebih dari 30 menit, kami akhirnya memutuskan untuk berjalan kaki lagi ke tempat yang kami kira-kira, bisa di pick oleh driver transportasi online. 15 menit berjalan kaki, kami berhenti di depan sebuah Sekolah Dasar yang menurut kami, areanya sudah lebih ramai disbanding tempat kami menunggu sebelumnya. 15 menit menunggu orderan kami di pick, tak membuahkan hasil. 

Jalaaannn kaki :)

Kami akhirnya menghubungi seroang kenalan orang Malang untuk mendiskusikan permasalahan yang kami hadapi. Akhirnya kami disarankan untuk mencari transportasi umum non-online saja (taxi) karena memang tidak ada transportasi lain selain itu. 10 Menit kami bertanya-tanya pada waga sekitar, apakah ada pangkalan ojek non-online terdekat, dan ternyata tidak ada. Kami disarankan untuk naik bus berwarna biru yang dengan tulisan rute ke arah terminal kota Batu yang akan lewat sekitar pukul 4 sore.


Jalan lagiiiii "D


Kami pun berjalan lagi selama sekitar 20 menit, hingga tiba di gapura Kecamatan Pujon dan ber-ishoma di Masjid Darussalam Pujon. Selama 30 menit lebih kami menunggu, hingga pukul 4 lebih, bus tidak juga muncul.

Menunggu di Masjid Darussalam Pujon


Keputusan terakhir pun kami ambil, taxi. Selesai menghubungi pihak official taxi, kami diminta untuk menunggu driver yang akan menjemput kami taksi dengan ongkos Rp. 90.000,-. 10 menit kemudian kami dihubungi oleh driver yang dimaksud.
“Mbak…. Maaf, ini yang memesan taxi untuk menjemput dari daerah Pujon atas nama Arin?”
“Iya betul mas. Posisi kami sekarang ada di Masjid Darussalam Pujon, di Jalan Abdul Manan.”
“OK. Begini mbak…. Lokasi dari saya ke tempat menjemput itu jauh sekali mbak.”
“Oh iya mas. Jadi nggak bisa jemput ya?” Tanya Arin
“Bisa mbak, tapi saya bisa minta ditambah 100.000 untuk ongkos bensinnya? Maaf ya mbak…. Soalnya emang jauh mbak untuk menjemput mbaknya saja.”
Kami berdiskusi kilat
“Udah, ambil aja. Daripada kita gak bisa pulang” keputusan kami bulat.
30 menit lebih menunggu ditambah dengan drama “lokasi persisnya dimana ya?” ala driver-passenger, kami akhirnya pulang dengan selamat ke tempat penginapan.


Alhamdulillah udah duduk syantik dalam taxi. 

Yah.. Begitulah cerita uniknya. Gimana sama para pembaca? Ada yang punya cerita yang lebih unik lagi tentang drama transportasi?😁

📄