Kamu Kurban Apa Untuk Masuk Surga? - Kajian Pertama dengan USRB
Pagi itu, setelah Shubuh kami langsung bersih-bersih diri untuk berangkat ke Masjid Al-Barkah di Cileungsi. Beberapa hari lalu, sebuah pamflet disodorkan pada saya yang langsung saya terima dengan anggukan "mauuu" dengan mata yang berbinar-binar. Sebuah kajian dengan tema menyambut 10 hari pertama bulan Dzulhijjah yang istimewa dan penuh keutamaan pada tanggal 01 Juni 2025, atau bertepatan dengan 05 Dzulhijjah 1446 H.
Ada sedikit rasa gugup karena ini akan jadi momen pertama saya mengikuti kajian ustadz Syafiq Riza Basalamah yang masyhur itu. Biasanya hanya menonton lewat media sosial, seringkalinya di channel YouTube beliau. Alhamdulillah... Jalanan Bogor di Ahad pagi kali itu terasa lenggang. Sepanjang perjalanan, sudah kepikiran, akan bertemu dengan akhwat seperti apa aku nanti ya? Kira-kira apa ya yang akan saya dengar di sana?
Mendekati beberapa blok dari area Masjid, mulai terlihat rombongan akhwat dengan pakaian gamis dan jilbab longgar-longgar serba hitam. Saya jadi bersyukur tadi sengaja memilih warna hitam dan ternyata... memang akhwat didominasi warna hitam. Warna selain itu bisa dihitung jari di tangan.
"Udah telat, dek." Suami menyelutuk. "Ini kajian beliau ditunggu-tunggu jadi biasa rame banget. Khawatir kita gak dapat tempat." Sambungnya.
"Yah, kita berpisah..." Ujarku ketika sudah masuk pelataran masjid. Entah kenapa degup di jantung makin terasa.
Kami diarahkan ke tempat khusus parkiran motor yang baru saja disediakan panitia untuk acara kajian ini.
"Isi perut bentar yaa, kak." Saya duduk di deker yang ada di parkiran dan mulai menggigit kue kelapa yang tadi sempat dibeli di pinggiran jalan. Suami nurut dan ikut duduk tapi sambil was-was karena peserta makin banyak saja yang datang. Begitu kami berpisah di jalur ikhwan dan akhwat, dari situlah saya sudah tidak menyentuk gawai sama sekali.
Suasana ramah menyambut kami hangat, panitia mengarahkan dan mengatur lalu lintas lift (elevator) yang padat. Kami juga ditawarkan kantong plastik untuk mengisi sandal jika tidak ingin menyimpannya di rak- ini juga sebagai antisipasi agar saat pulang jama'ah bisa keluar lewat pintu lainnya yang akan dibuka panitia sehingga tidak padat di satu jalan keluar.
Cukup lama kami menunggu sekitar 2 jam, dan selama itu pula, jama'ah yang datang semakin banyak dan semakin banyak sampai kami harus memepetkan barisan sehingga tidak ada jarak antara shaf depan dan belakang. Sementara di dekat jalan keluar dan lorong-lorong luar masjid juga sudah padat. Saya yang sebelumnya terhitung shaf depan, shaf ke 5, sekarang mungkin sudah jadi shaf ke 13 atau 14 -ya karena tadi, panitia mengupayakan tidak ada tempat lenggang sehingga semua jarak diantara shaf di isi dengan barisan.
"Maa Syaa Allah, seramai ini ternyata" saya membatin takjub. Ternyata fenomena salafi bukan lagi sesuatu yang asing di kota besar ini. Sementara saya yang selama ini tinggal di daerah minoritas kaum muslim merasakan jalaran hangat di sekujur badan, terharu. Dan para jama'ah ini menempuh 2 hingga 3 jam perjalanan serta bergonta-ganti transportasi untuk sampai ke tempat ini. Maa Syaa Allah...
Ustadz Syafiq Riza Basalamah tiba tapi tentu saja kami yang akhwat tidak menyaksikan secara langsung. Hanya ada 1 monitor 42 inch di dinding tempat kami menghadap dengan jama'ah yang membludak itu. Tapi saya bisa merasakan perasaan lega dan senang begitu layar menampilkan ustadz Syafiq yang bersiap duduk di tempat yang telah disediakan.
Semua khusyuk mendengarkan begitu kajian dimulai. Hening. Ibu-ibu yang membawa anak kecil yang diarahkan panitia untuk duduk di shaf paling belakang pun tidak terdengar 'riweuh' dan tidak ada suara anak kecil rewel. Saking tenangnya mata saya kriyep-kriyep karna suhu AC yang cukup dingin bagi saya. Saya berusaha menahan kantuk tersebut. Sesekali candaan beliau mengundang tawa kami semua sehingga kantuk hilang.
Beberapa pelajaran penting yang saya dapat akan saya catat menjadi poin-poin di bawah ini:
- Sepuluh hari awal di bulan Dzulhijjah adalah bulan yang istimewa yang tidak bisa disandingkan dengan hari-hari di bulan-bulan lainnya yang Rasul sendiri mengencangkan ikat pibggangnya untuk beribadah di hari-hari tersebut. -Nah, mengenai ini saya memiliki catatan sendiri. Mungkin bagi teman-teman, ada yang bertanya "terus bagaimana dengan Ramadahan?" saya pernah membaca dalam sebuah riwayat bahwa bulan Dzulhijjah ini utama dengan penyebutan hari, sementara Ramadhan itu disebutkan bahwa malam-malamnya yang memiliki kemuliaan dan keistimewaan.
- Kamu sudah kurban apa untuk masuk ke surga? Karena ternyata di bulan Dzulhijja yang meruoakan satu-satunya bulan dilaksanakannya ibadah haji dan kurban ini, berkurban bukan hanya sekedar menyembelih hewan kurban namun juga dapat diambil hikmahnya untuk mengurbankan segala hal yang menjauhkan kita dari dunia agar lebih dekat kepada Allah subhanahu wata'ala.
- Ketika kita ditimpa ujian atau musibah lalu merasa bahwa itu mungkin saja karena dosa-dosa kita yang telah berlalu, beristighfarlah. Memangnya sekarang ini kamu tidak pernah berbuat dosa? Intinya jangan pernah merasa kita ini bersih dan selalu meminta ampunan serta pertolongan dari Allah.
- Kita tidak bisa menjudge seorang pendosa karena kita tidak tau seberapa beratnya ia berjuang melawan hawa nafsunya.
- Tidak ada satupun orang beriman yang tidak punya dosa. Jadi jangan menghakimi saudara kita saat terjerumus dalam kemaksiatan. Kita tidak tau seberapa kerasnya dia berusaha meninggalkan kemaksiatan. Jangan hancurkan semangatnya dengan pandangan merendahkan. Hidayah itu datang bukan karena kita suci, tapi karena Allah Maha Pengasih (ini sih dari suami ya. Jadi beres kajian kita saling tanya poin yang paling diingat gitu)
- Kita dianjurkan untuk banyak bertakbir dan mengingatkan orang lain untuk bertakbir. Para sahabat serta tabiut-tabi'in dahulu mengunjungi pasar-pasar dan mulai bertakbir keras-keras dengan tujuan mengajak atau mengingatkan orang-orang untuk bertakbir.
Ada banyak sekali poin penting, namun itu yang saya highlight. Alhamdulillah kajian berakhir dengan tertib. Kami juga pulang kembali ke Bogor dan menjumpai beberapa jama'ah di tempat kami singgah untuk sholat Dzuhur. Ternyata memang banyak sekali yang datang jauh-jauh untuk mencari ilmu langsung. Maa Syaa Allah.. Allahumma Baarik.
Tidak ada momen yang saya abadikan di gawai karena sejujurnya lupa dan terlalu malu untuk memotret dengan ambience yang seperti itu, khawatir ada wajah-wajah yang tak berkenan terpotret dalam tangkapan foto saya.
Thumbnail di postingan ini adalah kiriman potretan dari suami. Beliau sangat menyenangi ustadz Syafiq.
Sekian. Semoga Allah memberikan kemudahan untuk kita semua dalam mencari ilmu. Aaamiin
Selengkapnya bisa baca di website Radio Roja, klik - Kamu Kurban Apa?
Maa Syaa Allah😍
ReplyDelete