Ngomongin covid-19 dan dampaknya pada siswa

Asli ini memperngaruhi moodku banget dalam mengajar di kelas mereka. Mereka adalah siswa yang masuk menjadi murid baru di tahun 2022.
Murid-muridku di kelas ini keaktifan di kelasnya kurang, sudah begitu, malasnya tingkat tinggi. 
Di minta mencari satu kalimat dalam kamus di kelas aja banyak sekali alasannya, pengen nangis huhuuuu.
Minat dalam belajar sangat rendah, mintanya dicecoki informasi terus dan tidak mau berusaha belajar sendiri.

Mereka ini, bukanlah siswa yang lulus saat covid-19. Mereka justru masih duduk di bangku kelas 4 SD/MI saat pandemi covid-19 terjadi yang menyebabkan sekolah-sekolah terpaksa libur. Lalu setelahnya, kembali masuk sekolah dalam keadaan pembelajaran yang tidak stabil dan kondisi yang jatuh bangun antara masuk sekolah, lalu harus sekolah online lagi. Jadi, kalau dipikir-pikir, bukanlah lulusan tahun 2020 itu yang merupakan produk covid-19, justru siswa-siswa yang lulus setelahnya yang merupakan hasil produk dari kualitas belajar yang ada selama covid-19. 
Saya mengajar Bahasa Inggris di tingkat MTs, sebelum saya mengabil kesimpulan di atas, saya pernah berpikir bahwa sepertinya cara mengajar saya terlalu banyak kurangnya sehingga mereka seperti ini. Tapi ternyata setelah saya duduk lalu meperhatikan sikap siswa baru masuk tahun 2022 di tingkat MA; saya baru menyadari bahwa mereka punya pola yang sama. Mereka apatis, maunya serba instan dan dikasih tau. Meringis dan menangis hati saya menyaksikan apa yang ada di depan mata saya.

Tentu saja tidak semua siswa kami yang masuk tahun 2022 seperti itu, tapi rata-ratanya seperti itu.
Saya tidka bilang juga semua siswa yang lulus lalu menjadi siswa baru di tahun 2022 adalah siswa yang sama dengan murid-murid kami. Mungkin kami kebetulan mendapat siswa-siswa yang memang selama covid-19 belajarnya tidak terkontrol dengan baik. Karena saya baru ingat juga, ketika kami membahas materi announcement, saya sempat membahas tentang covid-19 dan mengalirlah cerita dari mereka bahwa mereka merasa tidak pernah betul-betul belajar selama pandemi covid-19 alias masa Belajar dari Rumah (belajar online) itu. Bahkan sampai lulus pun, tidak banyak mereka masuk ke sekolah dan duduk di kelas. Saya langsung mengangguk-angguk sedih karena menyadari efek dari semua itu adalah sikap mereka dalam proses belajar yang sedang terjadi saat itu.

Ah, betapa sesuatu yang kita alami berulangkali dalam rentang waktu tertentu dapat mempengaruhi karakter kita.
PR saya tentunya membangkitkan kembali minat mereka, tetap saya juga butuh lingkungan yang mendukung itu. Sedangkan itu semua masih berproses dan belum menunjukkan banyak hasil.