Belanja jama'i perdana santriwati Hidayatullah Kupang

"Mau hadiah apa nih?"
"Apa ya?"
"Kalau hadiah makanan ringan terus, bosan gak sih?"

Tiga pertanyaan di atas jadi diskusi panjang 6 kepala yang sedang duduk melingkar dalam agenda koordinasi rutin pengasuh asrama putri Hidayatullah Kupang, NTT.

Seperti yang sudah tertera pada judul dan thumbnail post ini, para pembaca sudah bisa menebak bahwa hasil akhir dan realisasi dari diskusi itu adalah pergi berbelanja. Hal yang sebenarnya jadi program kerja (proker) sekali setahun kami (pengasuh putri) di 2021 tapi belum juga terlaksana sampai akhirnya Porseni diselenggarakan di Desember 2021 dan ditutup pada Januari 2022.

Selain poin program tadi, beberapa hal juga menjadi pertimbangan dalam diskusi kami. Dan pertimbangan tersebut akan saya jelaskan lebih detail dibawah.

Proker pengasuh putri

Hitung-hitung kami menuntaskan satu proker yang belum pernah terlaksana tapi selalu dinanti-nantikan santri ini.
Kalau pembaca penasaran kenapa belanja adalah proker pengasuh putri, maka sebelumnya para pembaca harus tau dulu belanja seperti apa yang dimaksudkan. 
Jadi belanja yang jadi proker kami ini adalah belanja jama'i yang punya tujuan untuk memfasilitasi para santriwati pergi berbelanja di kota dengan kriteria; yang berasal dari luar pulau (daratan timor), jarang atau tidak pernah dikunjungi orangtua, punya kebutuhan yang ingin dibelanjakan namun tidak tersedia di swalayan, yang terakhir tentu saja harus santri yang punya dana sendiri dan bukan dana pinjaman. (Catatan khusus, santri tidak melakukan pelanggaran berat selama 6 bulan terakhir).



Santri luar pulau

Setelah ditelisik lagi, mayoritas santri yang ikut kegiatan dari awal sampai akhir adalah santri di luar pulau, dan jarang atau tidak pernah dijenguk orangtua. Maka semakin kuat alasan kami untuk mengajak mereka pergi berbelanja.


Tidak pulang

Porseni adalah salah satu kegiatan tahunan yang biasa diselenggarakan pada liburan sekolah setelah ujian Penilaian Akhir Semester ganjil di pondok pesantren Hidayatullah Kupang. 
Biasanya, waktu libur sekolah ini dimanfaatkan juga oleh santri yang rumahnya masih di dalam pulau daratan timor untuk pulang ke rumah dengan berbagai macam alasan.
Porseni Quranic Camp kali ini hanya diikuti oleh 50% total santriwati yang jumlahnya juga tidak mencapai 100.
Ke mana 50% yang lain?
Ada yang izin pulang, dan ada lagi yang pulang tanpa izin. 
Pertimbangan santri yang ikut porseni Quranic Camp adalah mereka yang tidak pulang dan mengikuti seluruh rangkaian kegiatan porseni ini adalah pertimbangan paling kuat kami.


*Apresiasi Spesial*

Lalu dngan alasan bahwa hanya tersisa 50% inilah, para pengasuh putri kemudian ingin membahagiakan mereka dengan pergi ke kota juga, karena teman-teman yang tidak ikut porseni sudah menghabiskan waktu mereka refreshing dari pondok. 

Bayangkan saja, 2 minggu kegiatan porseni itu berjalan dengan hampir tiap hari mereka harus tahsin dan setoran target hafalan yang telah mereka buat sendiri. Di sela-sela itu, beberapa kali diadakan kerja bakti yang cukup berat. Dan diantara lelah itu pun, mereka tetap berkumpul dengan masing-masing kelompok, berlatih untuk mempersiapkan penampilan tari. (Untuk baca lebih lengkap tentang porseni, langsung kunjungi post berjudul Porseni Quranic Camp; cerita Santriwati Tangguh Hidayatullah Kupang 2021)

Ajaibnya, tidak ada satupun yang jatuh sakit lalu terbaring malas-malasan dan meninggalkan kegiatan. Maka apresiasi spesial ini pun diberikan.


Kami menyusun rencana tempat yang akan didatangi, lalu berdiskusi dengan para santri tangguh itu tiga minggu sebelum keberangkatan. 
Mereka dengan serius mendengarkan arahan dan menerima apa saja keputusan pengasuh untuk pergi ke mana saja. Maka, bemo pun dengan tujuan Ramayana, Subasuka, lalu Masjid At-Taqwa dan pasar Inpres.

Kenapa memilih tiga tempat itu? 
Ya itu hasil diskusi akhir kami. Sebelumnya, malah rutenya adalah Lippo plaza, Subasuka, dan pasar Inpres. Tetapi karena masuk di Lippo harus punya kartu vaksin, kami membatalkannya. Belum semua santri dapat giliran vaksin. 

Setelah kami hitung budget sana-sini dengan ongkos angkot, beli air minum, konsumsi, dan lain-lain, uang yang tersisa untuk dana porseni dari sekolah, bisa untuk dibagikan Rp.20.000 per kepala. Alhamdulillaah menambah-nambah uang tabungan mereka. Ya... Dari malam tiga minggu sebelum keberangkatan itu, kami sudah menyarankan mereka untuk tidak terlalu boros membeli jajanan dan mulai menabung.





Jum'ah, 04 Februari 2022. Sepulang sekolah, para santri yang sudah diberi tahu kemarin bahwa setelah sholat Dzuhur kita berangkat, sudah mulai siap-siap dengan tas dan sepatu mereka. Sambil menunggu, santri diberi arahan dan juga dibacakan kelompok pembagian angkot alias bemo. Kami berdo'a, lalu perjalanan pun dimulai tepat saat hujan deras yang InsyaaAllaah berkah mengguyur daro langit. Alhamdulillaah.

Tiba di Ramayana, tidak banyak yang dibeli. Kami ke sana hanya untuk sekadar singgah dan melihat-lihat sekitar 25 menit. Banyak santri yang meminta izin naik beberapa permainan di sana, tapi kami memperhatikan waktu sehingga tidak kami beri izin.

Pada persinggahan kedua, Subasuka, barulah para santri menghabiskan 2 jam lebih di sana. Mereka asyik memilah-memilih baju, celana, bantal, selimut, sandal, sepatu, jam tangan, dll., dsbg.
Sampai-sampai ustadzah Halimah harus mengumumkan di ruang informasi bahwa santriwati Hidayatullah Kupang harus berhenti berbelanja, barulah mereka berjama'ah mulai mengantri di Kasir.

Selesai di Subasuka, kami melanjutkan rute ke Masjid At-Taqwa yang dekat sekali dengan pasar inpress. Sengaja kami pilih agar kami bisa istrahat sholat Ashar di sana, lalu belanja di pasar Inpress dan  sholat Maghrib lagi di masjid At-Taqwa.
Lumayan lama kami menghabiskan waktu di pasar inpress. Kali ini santri dibagi perkloter sesuai kelompok halaqoh Tahsin Alqur'an. Tetapi untuk saya sendiri dan ustadzah Fatimah, kami menugaskan diri menyisiri pasar untuk memesan nasi bungkus untuk semua orang dalam perjalanan belanja perdana kali ini. Alhamdulillaah kami menemukan warung Moro Seneng dengan pemilik super baik hati yang langsung menjamu kami dengan banyak roti dan minuman segar. MaasyaaAllaah.. jazakumullahu khoiir ibu...

Selesai sholat Maghrib, santri mulai membeli martabak, nasgor dll. sebagai buah tangan untuk teman-teman merek di pondok dan bemo pun bertolak kembali ke pondok.

"Gimana? Lumayan ya?" Tanyaku di sela obrolan anggota kloter bemo kami, saat perjalanan kembali ke pondok.
"Alhamdulillaah senang ustadzah"
"Ini baru pertama kan ya?" Aku mengorek informasi.
"Iya ustadzah. Pertaaaama kali."
"Belum pernah ada sebelumnya"
"Semoga ada lagiii" Sambung yang lain.
"Iya ustadzah nanti begini lagi"
"Alhamdulillaah, do'akan kita ada rezeki ya buat carter bemo lagi."
"Aaamiin"

Dan begitulah cerita belanja perdana terlaksana. Ada beberapa hal yang menjadi evaluasi kami. InsyaaAllaah kami selalu ingin memberikan yag terbaik untuk para santri.

.
.
Sampai jumpa!