Menolak pinangan lelaki yang belum matang ekonominya

Bakal nolak kah kalau ada lelaki yang kesannya ekonomi belum matang, masuk lamar?

Sebuah topik kecil diantara obrolan kami dalam perjalanan panjang karena macet menuju Ciampea. Ramadhan sore itu cukup padat dengan berbagai kendaraan yang melaju mengejar waktu buka puasa bersama keluarga, teman lama, teman kerja, ataupun sendirian. Kami sendiri akan menempuh satu jam lebih perjalanan untuk buka puasa bersama keluarga.

"Menurut ade, gimana?" Tanyanya setelah menyinggung hal tersebut.
"Ya lihat-lihat dulu lah, cari tau karakternya. Males apa rajin. Becus kerja nggak. Lalu orangnya mau berusaha enggak. Mau mengusahakan kehidupan sandang, pangan, papan setelah nikah berjalan dengan baik, bahkan semakin baik, enggak? 
Lebih ke lihat karakter orangnya juga, kak. Malas apa rajin. Bertanggung jawab atau enggak. Kalau rajin dan bertanggung jawab, meski ekonomi sekarang mepet, semoga dengan sifatnya itu dia akan mengusahakan segala hal jadi baik. Kalau malas, amburadul kehidupannya sendiri, gimana bisa menjadi penanggung jawab nafkah dalam sebuah rumah tangga. Ekhm ya.. gitulah ngerti kan, kak?" Jawabku sambil berusaha mengeraskan suara di tengah bunyi-bunyi klakson dan deru kendaraan.

"Gitu ya. Iya juga ya.. Tapi ya dek ya... dalam pandangan kaka ya, dek. Gak ada laki-laki yang tidak memikirkan itu semua lalu akhirnya memberanikan diri meminang anak gadis. Kalau seorang laki-laki SIAP menikah, berarti sudah dipikirkannya di mana akan tinggal, bagaimana akan mencukupi kebutuhan hidup, bagaimana membimbing istri, membangun rumah tangga seperti apa, dan lain-lainnya." Jawabannya membuatku terdiam sebentar

"Iya sih kak. Tapi tidak semua orang berpikiran dan berprinsip seperti itu loh. Makanya ada saja kasus perkelahian dan perpisahan dalam rumah tangga disebabkan faktor ekonomi kan?"

"Iya juga ya." 

"Nah iya kak. Mungkin kalau jalurnya benar ya bisa laki-laki mempersiapkan diri. Kalau jalurnya terpaksa keadaan mungkin lain..."

Dia bergumam pelan entah menunjukkan persetujuan atau apa. 

Wallahu a'lam. Semua kembali kepada kita sebagai individu yang akan menjalani peran dalam rumah tangga. Kriteria seperti apa yang kamu inginkan dan dapat kamu tolerir. Didiskusikan di awal, apakah laki-laki saja yang mencari penghasilan (nafkah sandang pangan papan), atau perlu dibantu juga oleh perempuan dalam mewujudkan ekonomi rumah tangga yang baik, dll. Jangan dibuat ribet. Enak banget ya kalau ngomong? 
Semoga Allah selalu beri kemudahan dalam segala niat dan ikhtiar kita dalam menjalankan kebaikan. Aaamiin.